Regionalisme Asia Selatan

Posted: October 23, 2012 in International Relations
Tags: , ,

Pendahuluan

Asia Selatan merupakan kawasan di sebelah selatan Asia. Kawasan ini terletak di sebelah timur kawasan Timur Tengah, di sebelah barat kawasan Asia Tenggara, di sebelah selatan Asia Tengah dan Cina. Kawasan ini terdiri dari tujuh negara yaitu India, Bangladesh, Buthan, Sri Lanka, Maladewa, Nepal, dan Pakistan (Dash, 2008).

Regionalisme di Asia Selatan

Kawasan Asia Selatan sepertinya tidak ketinggalan tren global. Setelah lebih dari 8 tahun melakukan negosiasi, tujuh negara Asia Selatan membentuk South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) pada bulan Desember 1985. Pada bulan April 2007, Afghanistan resmi bergabung sebagai anggota kedelapan. Asosiasi regional tersebut merepresentasikan inisiatif diplomatik dari para pemimpin negara Asia Selatan dalam isu perdamaian dan pengembangan kawasan. Tujuan dibentuknya SAARC dapat lebih lengkap dilihat dalam SAARC Charter sebagai dasar berdirinya SAARC. Isi dari SAARC Charter antara lain:

  • Memajukan kesejahteraan masyarakat di Asia Selatan dan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat Asia Selatan.
  • Mempercepat pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan sosial dan juga perkembangan dalam bidang budaya. Serta untuk menyediakan kesempatan bagi setiap individu untuk hidup bermartabat dan merealisasikan potensi-potensi yang mereka miliki.
  • Memberikan dan memperkuat rasa saling percaya antar negara di Asia Selatan.
  • Memajukan kolaborasi dan agar ada saling bantu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, technical dan pengetahuan antar negara anggota.
  • Memperkuat kerjasama negara anggota SAARC dengan negara-negara maju.
  • Memperkuat kerjasama internal SAARC antar anggota dalam forum internasional dalam pencapaian kepentingan bersama.
  • Menciptakan rasa saling percaya, saling pengertian dan rasa apresiasi pada masalah-masalah yang terjadi di salah satu negara anggota.
  • Untuk ikut bekerja sama dengan organisasi internasional dan organisasi regional lain dengan tujuan dan maksud yang serupa.

Pada bulan November 1987, diadakan SAARC Regional Convention of Suppression of Terrorism di Kathmandu. Pertemuan tersebut diadakan untuk membicarakan masalah terorisme yang terjadi khususnya di kawasan Asia Selatan. Dalam bidang ekonomi, SAARC mendirikan South Asia Free Trade Area (SAFTA) yang disahkan pada pertemuan di Pakistan. SAFTA ini diharapkan akan mempererat kerjasama perdagangan antar anggota SAARC. Selain itu, SAARC juga berusaha menjadi fasilitator dalam konflik-konflik yang terjadi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan pelanggaran hukum yang terjadi di kawasan Asia Selatan.

Sejak dibentuk, SAARC mengalami pertumbuhan yang terbatas dalam pengembangan institusi dan implementasi program. Pertumbuhan regionalisme, yaitu usaha untuk membangun institusi untuk merekatkan kerjasama regional, dianggap belum terjadi di kawasan Asia Selatan. Bahkan, Lyon (1992, dalam Dash, 2008) berpendapat bahwa Asia Selatan merupakan “a region without regionalism”. Kondisi apa yang menjadi tantangan bagi perkembangan regionalisme Asia Selatan?

  • Negara-negara Asia Selatan memiliki karakteristik yang sama. Lebih dari separuh dari orang miskin di dunia hidup di kawasan ini. Pendapatan per kapita di kawasan ini juga masih tergolong rendah. Disparitas antara yang miskin dan yang kaya, ketersediaan tenaga medis, obat-obatan, air minum, dan fasilitas sanitasi yang terbatas menyebabkan masalah kemiskinan semakin besar (Dash, 2008).
  • Negara-negara Asia Selatan memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi selama 40 tahun terakhir. Diperkirakan hingga tahun 2010, jumlah populasi di Asia Selatan akan mencapai seperempat dari seluruh jumlah populasi dunia (Dash, 2008).
  • Negara-negara Asia Selatan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah jika dibandingkan dengan Asia Timur dan ASEAN, baik dalam bidang industri maupun agrikultur. Hal ini semakin diperparah dengan disparitas yang jauh antara kawasan yang berbeda dan strata masyarakat yang berbeda dalam satu kawasan Asia Selatan (Dash, 2008).
  • Konflik domestik yang terjadi di negara Asia Selatan. Contohnya adalah perang saudara di Sri Lanka.
  • Konflik yang terjadi antar negara Asia Selatan, yaitu konflik berkepanjangan antara India dan Pakistan. Sejarah mencatat bahwa India dan Pakistan selalu terlibat konflik mulai dari sengketa Kashmir antara Islam Pakistan dan Hindu India hingga saling menyalahkan masalah terorisme dan masalah sumber daya alam. Konflik lainnya adalah antara Afghanistan dan Pakistan tentang garis batas, India dan Bangladesh tentang sungai Gangga dan imigrasi illegal Bengalis ke India, Nepal dan Bhutan tentang pengungsi Bhutan di Nepal, dan sebagainya (Ahmed dan Bhatnagar, 2008).
  • Negara-negara Asia Selatan tidak memiliki common external threat. Hal ini menyulitkan para pemimpin kawasan ini untuk bekerja dengan strategi keamanan regional yang sama. Ancaman justru datang dari tetangga sendiri, yaitu negara sesama kawasan Asia Selatan (Dash, 2008).
  • Di antara negara-negara Asia Selatan, India adalah negara yang paling besar secara geografi dan juga secara ekonomi. Negara-negara kawasan tersebut mengkhawatirkan bahwa setiap perjanjian perdagangan hanya akan memberikan keuntungan bagi India dan barang-barang India akan mendominasi pasar regional. Hegemoni India, kekurangpercayaan di antara negara Asia Selatan, dan tentangan Pakistan terhadap dominasi India di Asia Selatan membuat pertumbuhan regionalisme Asia Selatan semakin sulit (Dash, 2008).

Opini

Penulis melihat bahwa Asia Selatan memiliki peluang untuk menciptakan regionalisme yang mapan. Sejarah yang panjang, walaupun diwarnai dengan berbagai konflik, seharusnya dapat menjadi pelajaran berharga dan perekat hubungan di antara negara-negara Asia Selatan. India terutama yang berpeluang untuk menjadi kekuatan ekonomi yang akan berdampak terhadap negara-negara di sekitarnya. Namun sepertinya, masih ada pekerjaan rumah yang harus dipenuhi oleh semua negara Asia Selatan, yaitu kepercayaan.

Daftar Pustaka

Ahmed, Zahid Shahab dan Stuti Bhatnagar. (2008) Interstate Conflicts and Regionalism in South Asia: Prospects and Challenges. Perceptions, Spring-Summer 2008. [Diakses 27 Mei 2009] <http://www.sam.gov.tr/perceptions/volume13/Interstate%20Conflicts%20and%20Regionalism%20in%20South%20Asia,%20Prospects%20and%20Challenges,%20Zahid%20Shahab%20Ahmed%20-%20Stuti%20Bhatnagar.pdf&gt;

Bailes, Alyson J.K. et al. (2007) Regionalism in South Asian Diplomacy. SIPRI Policy Paper No. 15. [Diakses 27 Mei 2009] <http://books.sipri.org/files/PP/SIPRIPP15.pdf&gt;

Dash, Kishore C. (2008) Regionalism in South Asia: Negotiating Cooperation, Institutional Structures. New York: Routledge.

Leave a comment